Pages

Powered by Blogger.

Wednesday, 30 November 2016

Pemeriksaan Fisik

     Pemeriksaan fisik adalah tindakan pertolongan dengan melakukan pengecekan fisik secara mendetail dan menyeluruh pada korban. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan semua gangguan yang mengancam nyawa korban. Pemeriksaan fisik harus merujuk kepada penilaian yang terarah dan berorentasikan kepada permasalahan yang dihadapi oleh korban. Pemeriksaan terarah diartikan sebagai penilaian secara keseluruhan yang berorientasikan kepada tindakan pertolongan yang harus segera diambil berdasar keadaan korban.

     Pemeriksaan fisik yang menyeluruh dilakukan secara rinci dan sistematikmulai dari ujung kaki hingga ujung kepala, pemeriksaan fisik harus dilakukan secepat mungkin. Pemeriksaan fisik yang terlalu lama justru akan memperpanjang penderitaan korban. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengandalkan pancaindra. Tindakan pemeriksaan fisik yang dilakukan, antara lain:

Penglihatan (inspeksi)Pendengaran (auskultasi)Perabaan (palpasi)

     Keadaan cedera fisik pada korban mungkin terlihat, tidak terlihat, bahkan menyimpan potensi bahaya bagi keselamatan korban. Penerapan tindakan pemeriksaan harus saling berhubungan antara inspeksi, auskultasi, dan palpasi. Selain metode inspeksi dan palpasi yang diterapkan, penolong juga harus mendengarkan (auskultasi) keluhan korban (terutama pada kasus korban sadar). Mendengarkan keluhan korban dapat diartikan sebagai kepedulian penolong terhadap korban. Dengan demikian, korban merasa nyaman menggutarakan keluhannyakepada penolong sehingga informasi yang lengkap dan detail mengenai kondisi fisik korban dapat diperoleh dalam waktu yang singkat.

     Ketelitian dalam pemeriksaan fisik mendukung tindakan pertolongan yang benar dan efektif sehingga keselamatan korban segera tercapai. Sementara itu, yang perlu dicari dalam pemeriksaan fisik, antara lain;

Perubahan bentuk (deformilitas). Deformilitasmerupakan tindakan pemeriksaan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah terjadi cedera.Luka terbuka (open injuries). Open injuriesmerupakan tindakan memeriksa keadaan luka disekujur tubuh korban. Luka terbuka berpotensi menimbulkan bahaya bagi korban (kehilangan darah, infeksi, dan lain-lain).Nyeri (tenderness). Nyeri adalah respons alamiah ketika tubuhmerasakan potensi bahaya. Pemeriksaan nyeri dilakukan dengan menekan daerah lunak di sekitar cedera.Bengkak (swelling). Selain nyeri, pemeriksaan nyeri dilakukan dengan menekan daerah lunak di sekitar cidera.Serta kondisi lain yang mungkin untuk dianalisis.

 

      Pemeriksaan fisik dilakukan secara cermat dan berurutan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki (pemeriksaan fisik Head to Toe). Pemeriksaan Head to Toe dilakukan dengan cara:

Meraba dan mengamati. Tindakan meraba dan mengamati dilakukan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki secara teliti untuk mencari kemungkinan bahaya yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi korban.Membandingkan (simetry). Bagian tubuh korban yang cedera biasanya menampakkan perubahan, baik yang terlihat ataupun teraba. Tindakan membandingkan dilakukan denganmengamati perbedaan keadaan korban sesudah cedera terhadap keadaan korban sebelum cedera.Membau (smelling). Tindakan membau dilakukan dengan mencium bau yang tidak biasa pada korban. Tindakan membau dilakukan terhadap mulut, saluran napas, lubang tubuh, luka, dan lain-lain.Mendengar (Hearing). Tindakan mendengar dapat dilakukan pada kondisi pasien sadar ataupun tidak sadar. Tindakan mendengar ketika korban tidak sadar dapat dilakukan terhadap kondisi vital korban, seperti napas, denyut jantung, dan sebagainya.

 

     Urutan pemeriksaan Head to Toe yang benar sebagai berikut.

Pemeriksaan kepala dilakukan dengan cara meraba sekeliling kepala tanpa menggerakkan memindahkan, ataupun menggeser letak kepala dan leher korban.Pemeriksaan telinga dilakukan dengan cara memperhatikan, mengamati, mencari segala bentuk cairan yang keluar dari dalam lubang telinga.Pemeriksaan mata korban dilakukan dengan cara membuka mata korban kemudian mengamati ukuran, bentuk, warna, dan segala perubahan yang terjadi pada pupil mata.Pemeriksaan hidung dilakukan dengan cara memerhatikan, mengamati, dan mencari darah atau cairan lain yang keluar. Selain itu, dilakukan pemeriksaan terhadap rasio dan kedalaman napas dan apakah ada bau atau tidak (rasio napas dewasa (16-20 kali per menit).Pemeriksaan mulut dilakukan dengan mencari kemungkinan terjadinya hambatan napas. Pemeriksaan pada mulut juga dilakukan untuk mencari kemungkinan terjadinya luka di dalam rongga mulut, selain itu dilakukan pula pemeriksaan bau.Pemeriksaan wajah dilakukan dengan mengamati perubahan yang terjadi pada wajah dan mengamati perubahan (deformasi) sebelum dan sesudah kejadian.Pemeriksaan warna kulit dan suhu tubuh. Pada daerah tubuh yang mengalami cedera biasanya terjadi perubahan warna, serta kenaikan suhu tubuh.Pemeriksaan leher diawali dengan melonggarkan pakaian korban, kemudian perhatikan luka, lebam, bengkak di sekitar leher. Tindakan meraba leher dilakukan untuk mencari kelainan pada tulang leher dan tulang dasar tengkorak bagian bawah dan belakang.Pemeriksaan lengan dimulai dengan mengamati luka dan kelainan (patah tulang).Pemeriksaan bahan meliputi bahu, dada sampai perut. Pemeriksaan badan dimulai dengan melakukan pengamatan (melihat, meraba, membaui) secara teliti sepanjang bahu, dada, dan perut. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari luka, patah tulang, luka dalam, pembengkakan, pendarahan serta bentuk kelainan lain.Panggul dan sekitar panggul. Pemeriksaan panggul dilakukan untuk mencari kelainanpada panggul, tulang panggul, genital, dan anal. Pemeriksaan dilakukan dengan meremas tulang panggul dan mengamati pergerakannya.Tungkai kaki. Pemeriksaan tungkai kaki ditujukan untuk mengetahui kelainan pada tungkai (patah tulang). Pemeriiksaan tungkai dilakukan dengan memeriksa (mengamati dan meraba) sepanjang tungkai.Pemeriksaan kaki dilakukan hingga ke ujung jemari kaki. Pemeriksaan ini dilakukan harus secara cermat karena kaki terdiri dari banyak tulang.

 

0 komentar:

Post a Comment